Senin, 17 November 2014

Macam - macam sujud

Edit Posted by with No comments
TENTANG SUJUDTernyata masih banyak juga dari kita yang masih belum tahu sepenuhnya seputar sujud, terlebih sujud-sujud yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu, semisal sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah. Berikut ini akan kami jelaskan sedikit tentang macam-macam sujud, syarat rukunnya dan tata caranya.A. Macam-macam SujudDalam ibadah yang berhubungan dengan shalat, sering kita jumpai ada berbagai macam sujud, yaitu sujud biasa (sujud rukun dalam shalat), sujud sahwi, sujud syukur, dan sujud tilawah.Sujud tersebut bukan sekedar membungkukkan punggung atau menyungkurkan dahi ke bumi dengan cara-cara tertentu, melainkan pengakuan dalam hati bahwa dirinya adalah hamba yang sangat lemah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Besar, Dzat yang tiada terbatas kekuasaanNya.1. Sujud BiasaSujud biasa adalah sujud sebagai rukun shalat, yakni tujuh anggota tubuh diletakkan di lantai. Adapun anggota sujud ada tujuh; dahi, dua telapak tangan, dua lutut dan dua tumit (ujung jari kedua kaki dipanjatkan). Sujud ini dilakukan dua kali dan disunahkan membaca “Subhana Rabbiyal A’la Wabihamdih/Subhana Rabbiyal ‘Adzimi Wabihamdih.”2. Sujud SahwiSujud sahwi adalah sujud karena adanya kelupaan atau keraguan dalam shalat, lantaran beberapa sebab sebagai berikut:• Meninggalkan sunnah ab’adh baik karena lupa maupun disengaja, seperti meninggalkan tasyahud awal, qunut shalat Shubuh, membaca shalawat setelah tasyahud awal.• Ragu-ragu dalam hal meninggalkan sunnah ab’adh.• Memindah rukun qouly (bacaan) ke tempat lain yang tidak sampai membatalkan, baik disengaja maupun tidak, seperti membaca al-Fatihah pada waktu ruku’, qunut sebelum ruku’ atau membaca surat di waktu duduk.• Melakukan sesuatu yang seandainya dilakukan dengan disengaja dapat membatalkan shalat seperti tidak disengaja menambah satu rukun fi’li atau lupa berbicara sedikit.• Ragu-ragu terhadap pekerjaan shalat yang kemungkinan adalah tambahan. Seperti ragu-ragu dalam jumlah rakaat shalat Dzuhur, apakah baru tiga atau empat? Kemudian musholli memilih jumlah rakaat yang yakin yaitu tiga. Maka setelah menambahi satu rakaat musholli disunnahkan sujud sahwi. Karena ragu-ragu terhadap pekerjaan salat yang kemungkinan adalah tambahan.Adapun cara mengerjakan sujud sahwi adalah sama dengan sujud yang lain, yakni sujud dua kali yang diselingi dengan duduk iftirosy, dan dilakukan setelah membaca tahiyyat akhir sebelum salam. Bacaan sujudnya adalah:سُبْحَانَ مَنْ لاَيَنَامُ وَلاَ يَسْهُوْ 3 ×. “Subhana Man La Yanamu Wala Yashu.”Sebagaian ulama megatakan bahwa bacaan di atas dibaca apabila sujud sahwi disebabkan karena lupa 3. Sujud SyukurSujud syukur adalah sujud yang dilakukan di luar shalat karena ada beberapa sebab. Sujud ini hukumnya adalah sunnah. Berikut ini beberapa sebab disunahkannya melakukan sujud syukur:• Mendapatkan nikmat yang tidak disangka sebelumnya baik nikmat pada dirinya sendiri, kerabat, teman atau umat Islam secara umum. Maka tidak sunnah karena mendapat nikmat yang terus menerus seperti nikmat Islam.• Terhindar dari bencana atau musibah yang tidak diduga-duga sebelumnya seperti selamat dari tertimpa bangunan yang roboh akibat gempa atau selamat dari tenggelamnya kapal.• Ketika melihat orang lain melakukan kemaksiatan sebagai rasa syukur bahwa dirinya tidak melakukannya.Adapun cara melakukan sujud syukur yaitu dilakukan di luar shalat dengan satu kali sujud dengan syarat dalam keadaan suci, menutup aurat dan menghadap qiblat.Niat sujud syukur: نَوَيْتُ سُجُوْدَ الشُّكْرِ سُنَةَ للهِ تَعَالَى “Nawaitu Sujudasysyukri Sunnatan Lillahi Ta’ala.”Sedangkan bacaan sujud syukur adalah:سَجَدَ وَجْهِِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَبَا رَكَ اللهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ.“Sajada Wajhiya Lilladzi Khalaqahu Washawwarahu Wayaqqa Sam’ahu Bihaulihi Waquwwatihi Fatabarakallahu Ahsanul Khaliqin.”Apabila terdapat hal-hal yang mensunahkan sujud syukur sementara dia tidak dalam kondisi suci, maka disunahkan membaca:سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ للهُ وَاللهُ اَكْبَرَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَظِيْمِ 4×4. Sujud TilawahSujud tilawah adalah sujud yang dilakukan karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah yang terdapat dalam al-Quran. Hukumnya sunah muakkad melakukan sujud tilawah. Kesunahan tersebut baik dilakukan di dalam shalat maupun di luar shalat. Sujud tilawah hukumnya wajib bagi makmum ketika imamnya melakukan sujud tillawah. Apabila makmum tidak mengikuti imam maka shalatnya batal.Tata cara sujud tilawah adalah sebagai berikut:a. Ketika berada dalam shalatSetelah selesai membaca ayat sajdah maka langsung sujud dengan disertai niat sujud tilawah. Setelah itu kemudian meneruskan shalatnya. Sujud tilawah yang dikerjakan pada saat shalat tidak memakai takbirotul ihram dan salam. Dan bagi makmum tidak boleh mengerjakan sujud tilawah kalau imamnya tidak mengerjakan sekalipun makmum mendengar atau membaca ayat-ayat sajdah.b. Ketika di luar shalatSetelah selesai membaca atau mendengarkan bacaan ayat sajdah langsung menghadap qiblat kemudian takbir disertai niat sujud tilawah lalu sujud, kemudian takbir untuk duduk lalu salam.Niat sujud tilawah adalah: نَوَيْتُ سُجُوْدَ التِّلاَوَةِ سُنَّةً للهِ تَعَالىَ “Nawaitu Sujudattilawati Sunnatan Lillahi Ta’ala.”Sedangkan bacaan sujud tilawah adalah seperti bacaan sujud syukur:سَجَدَ وَجْهِِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَبَا رَكَ اللهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ.“Sajada Wajhiya Lilladzi Khalaqahu Washawwarahu Wayaqqa Sam’ahu Bihaulihi Waquwwatihi Fatabarakallahu Ahsanul Khaliqin.”Namun dalam Bughyat al-Mustarsyidin halaman 59, bacaan sujud tilawah (di luar sholat) dan sujud syukur adalah sebagai berikut: “Allahummaktubli Biha ‘Indaka Ajron, Wa j’alha Liy ‘Indaka dzahron, Wadhi’ ‘Anniy Biha Wizron, Waqbalha Minniy Kama Qabiltaha Min ‘Abdika Dawuda ‘Alaihissalam .”Mengenai jumlah ayat-ayat sajdah yang terdapat dalam al-Quran ada dua pendapat yang berbeda. Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayat az-Zain mengatakan ada 14 (empat belas) tempat, sedangkan yang lainnya seperti al-Quran terbitan Menara Kudus, Toha Putra Semarang dan Rosm Utsmaniy berjumlah 15 (lima belas). B. Syarat Rukun Sujud Syukur dan Sujud TilawahDalam Madzahib al-Arba’ah juz 1 halaman 442, rukun sujud tilawah (di luar sholat) dan sujud syukur ada lima, yaitu:1) Niat dengan lisan2) Takbirotul Ikrom3) Sujud satu kali4) Duduk setelah sujud5) Salam


Selasa, 04 November 2014

PENGERTIAN SERAT

Edit Posted by with No comments





      SERAT adalah suatu benda yang berbanding panjang diameternya sangat besar sekali.
SERAT merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan benang dan kain. Sebagai bahan baku dalam pembuatan benang dan pembuatan kain, SERAT memegang peranan penting, sebab :
- Sifat-sifat SERAT akan mempengaruhi sifat-sifat benang atau kain yang dihasilkan.
- Sifat-sifat SERAT akan mempengaruhi cara pengolahan benang atau kain baik pengolahan secara mekanik maupun pengolahan secara kimia.

a)      Sejarah Perkembangan SERAT
       SERAT dikenal orang sejak ribuan tahun sebelum Masehi seperti pada tahun 2.640 SM negara Cina sudah menghasilkan SERAT sutera dan tahun 1.540 SM telah berdiri industri kapas di India, SERAT flax pertama digunakan di Swiss pada tahun 10.000 SM dan SERAT wol mulai digunakan orang di Mesopotamia pada tahun 3000 SM. Selama ribuan tahun SERAT flax, wol, sutera dan kapas melayani kebutuhan manusia paling banyak. Pada awal abad ke 20 mulai diperkenalkan SERAT buatan hingga sekarang bermacam-macam jenis SERAT buatan diproduksi.

b)     Produksi SERAT
       Produksi SERAT alam dari tahun ke tahun boleh dikatakan tetap, tetapi persentase terhadap seluruh produksi SERAT tekstil makin lama makin menurun mengingat kenaikan produksi SERAT-SERAT buatan yang makin tinggi. Hal ini disebabkan karena :
- Tersedianya SERAT alam sangat terbatas pada lahan yang ada dan iklim.
- Pada umumnya sifat-sifat SERAT buatan lebih baik daripada SERAT alam.
- Produksi SERAT buatan dapat diatur baik jumlah, sifat, bentuk dan ukurannya.

        SERAT bisa dibagi menjadi dua kelompok , yakni :
•  SERAT alam  : dari binatang, tumbuh-tumbuhan, dan mineral
•  SERAT buatan : dari polimer alam, polimer sintetik, dan lainnya.



1.    SERAT ALAMI
       SERAT alam menurut Jumaeri, (1977:5), yaitu “SERAT yang langsung diperoleh di alam. Pada umumnya kain dari SERAT alam mempunyai sifat yang hampir sama yaitu kuat, padat, mudah kusut, dan tahan penyetrikaan”. SERAT alam digolongkan lagi menjadi :  
(1)   SERAT Tumbuh-tumbuhan (selulosa)
      SERAT tumbuh-tumbuhan memiliki dasar kimia selulosa yang berdasrkan pada asal tumbuhannya dapat berasal dari biji, daun, batang, dan, buah. 
(a) Biji
      SERAT yang berasal dari biji terdiri atas SERAT kapas dan kapok. Namun dalam pembuatan busana lebih banyak digunakan SERAT kapas (cotton). SERAT kapok digunakan sebagai bahan pengisi. Menurut perkiraan, kapas telah dikenal orang sejak 5.000 tahun sebelum Masehi. Sukar untuk dipastikan negeri mana yang pertama-tama menggunakan kapas, tetapi para ahli mengatakan bahwa India adalah Negara tertua yang pertama menggunakan kapas. Sifat SERAT kapas adalah memiliki kekuatan yang cukup tinggi dan dapat dipertinggi dengan proses perendaman dalam larutan soda kostik. Hal ini juga akan menambah kilau dan daya serap SERAT pada waktu pencelupan atau proses kimia lainnya. Kekuatan SERAT kapas terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam SERAT, panjang rantai molekul dan orientasinya. Kekuatan SERAT kapas dalam keadaan basah lebih tinggi dibandingkan dalam keadaan kering. Oleh karena kapas sebagian besar tersusun dari selulosa SERAT kapas pada umumnya tahan terhadap penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian sehari-hari, kapas bersifat higroskopis atau menyerap air. Kapas memiliki ketahanan terhadap panas yang tinggi, dan tahan sabun alkali.
      Asam akan merusak kapas dan membentuk hidroselulosa. Lebih jauh asam kuat akan melarut kapas. Alkali sedikit berpengaruh pada kapas, kecuali larutan alkali pekat akan menyebabkan penggelembungan pada SERAT, seperti pada proses Merserisasi, yang menyebabkan SERAT menjadi lebih mengkilap dan kekuatannya juga lebih tinggi. Kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri terutama pada keadaan lembab, dan pada suhu hangat, kapas memiliki beberapa sifat istimewa, misalnya mudah dicuci, dan dalam pemakaianny nyaman saat dipakai, menyerap panas tubuh sehingga kapas lebih unggul dari SERAT-SERAT lain. 
      Salah satu kain yang berasal dari SERAT kapas, yaitu kain katun. Kain katun memiliki kelebihan dibanding dari bahan sintetis, katun lembut di tubuh, karena memiliki sirkulasi udara yang baik, menyerap panas tubuh sehingga terasa tetap sejuk, dan kering, karena mampu menyerap keringat, berdasarkan sifat tersebut kain katun ideal untuk dijadikan busana anak. Kelebihan katun yang lain adalah katun memiliki sifat hypoallergenic dan resisten terhadap tungau debu, sehingga cocok bagi penderita asma, atau yang berkulit sensitif. Katun mudah kusut, maka dari itu para pakar tekstil bereksperimen mencampur katun dengan bahan lain, yang disebut dengan namacotton blend, katun dicampur dengan poliester, linen. Biasanya katun dicampur dengan 65 % SERAT sintesis, dan 35 % kapas. Kekurangan kain campuran ini yaitu SERAT kapas cepat menjadi rusak, sementara SERAT sintetisnya tidak. Ketahanan yang berbeda ini terbentuknya gumpalan benang bulat-bulat kecil yang muncul dipermukaan kain.
(2) SERAT Protein
      SERAT proteina dapat berbentuk staple atau filamen. SERAT protein berbentuk stapel berasal dari rambut hewan berupa domba, alpaca, unta, cashmer, mohair, kelinci, dan vicuna. yang paling sering digunakan adalah wol dari bulu domba.
 
serat wol dari bulu domba



(a) SERAT wol
      Baju wol jika dipakai terasa hangat dan dapat digunakan untuk baju anak. dikatakan suatu bahan konduktor yang jelek, wol bersifat hidroskopis. Tetapi SERAT tersebut juga melepaskan uap air secara perlahan-lahan, sewaktu wol melepaskan uap uap air akan menimbulkan panas pada bahan tekstil . Wol tahan kusut dan bersifat dapat menahan lipatan, misalnya karena penyetrikaan. Wol dan SERAT-SERAT yang sejenis merupakan SERAT-SERAT alam yang dapat (felting) menggumpal, apabila dikerjakan dalam larutan sabun bersuhu panas.

(b) SERAT sutera
      SERAT sutera berbentuk filamen, dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Sutra dapat digunakan untuk busana pesta anak, yang sering digunakan adalah sutra campuran dengan SERAT sintetis.

kain sutera

serat sutera









2.    SERAT BUATAN
        SERAT buatan menurut Jumaeri, (1979:35), yaitu “SERAT yang molekulnya disusun secara sengaja oleh manusia. Sifat-sifat umum dari SERAT buatan, yaitu kuat dan tahan gesekan”. 
(1)   Rayon
      Rayon merupakan SERAT buatan yang paling awal dibuat, memiliki faktor yang terpenting untuk keberhasilan pemasaran SERAT rayon adalah harga yang murah dan dapat dipergunakan untuk membuat kain yang bagus dengan warna menyerupai wol, sutera ataupun linen. SERAT rayon pertama kali dibuat untuk membuat kain pakaian jenis krep atau menyerupai linen. SERAT rayon ada bermacam-macam yaitu SERAT rayon viskos, SERAT rayon kupramonium, SERAT rayon modulus, SERAT rayon kekuatan tinggi, SERAT polinosic. Jenis SERAT rayon yang dapat digunakan sebagai kain untuk busana anak, yaitu SERAT rayon viskosa dan rayon kuproamonium.

serat rayon
(a) Rayon Viskosa
     Campuran rayon viskosa dan poliester banyak digunakan sebagai bahan pakaian. Kain-kain yang halus digunakan untuk pakaian dan pakaian dalam. Rayon viskosa tahan terhadap penyetrikaan, tetapi oleh pemanasan yang lama warnanya akan berubah menjadi kuning. Sedangkan oleh penyinaran kekuatannya akan berkurang. Rayon viskosa cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan kapas, terutama dalam keadaan panas. Rayon viskosa tahan terhadap pelarut-pelarut, Sedangkan jamur akan menyebabkan kekuatannya berkurang serta berwarna lebih kusam.

(b) Rayon Kupramonium
      Rayon kupramonium adalah selulosa yang di generasi, maka sifatnya dalam banyak hal sama dengan rayon viskos. Perbedaan sifat-sifatnya antara rayon kupramonium sangat halus, lebih mulur diwaktu basah dibanding waktu kering, bahan mudah terbakar, dan kekuatannya berkurang oleh sinar matahari.

      Rayon kupramonium kebanyakan digunakan untuk busana pesta anak wanita, karena kain bermutu tinggi dengan kehalusan filamennya member sifat lemas dan drape yang baik.

(2) Polimer Sintesis 
      Polimer sintetis yaitu SERAT yang dibuat dari polimer-polimer buatan. Polimer sintesis diantaranya poliamida (Nylon) dan poliester. 

 
serat polyester


(a) Poliamida (Nylon) 
      Polimida (Nylon) merupakan SERAT yang kuat. Sifat-sifat Nylon adalah kuat dan tahan gesekan , daya mulurnya besar apabila diregang sampai 8 %, benang akan kembali pada panjang semula, tetapi kalau terlalu regang bentuk akan berubah, elastis, tidak mengisap uap air panas atau bahan tekstil mudah kering, sehingga Nylon akan baik digunakan untuk pakaian bepergian, dan pakaian dalam anak karena ringan dan cepat kering.

(b) Poliester
    Kain-kain yang dibuat dari poliester mempunyai sifat cepat kering, kuat dan dapat berbentuk seperti SERAT alam. SERAT-SERAT poliester bisa dicampur dengan SERAT-SERAT katun, wol, rayon, dan sutera. Poliester memiliki sifat yang baik, yaitu sifat tahan kusut, dan dimensi yang stabil. Untuk pakaian ringan/tipis, poliester sangat baik jika dicampur dengan kapas.

     SERAT poliester dapat menghasilkan kain yang tipis atau tebal dengan cara menenun atau merajut sesuai dengan kebutuhan, jika menghendaki kain yang terasa sejuk atau hangat, poliester dapat dicampur dengan katun atau rayon, disebut dengan TC dan TR, yang digunakan sebagai seragam sekolah anak.

(c) SERAT akrilat
     Sifat akrilat yang menonjol adalah mempunyai berat jenis rendah dan daya ruwah (bulking power) yang sangat besar, sehingga SERAT tersebut sering diberi julukan hangat tak berbobot (Warmth Without Weight). SERAT akrilat di gunakan sebagai pengganti wol pada busana anak. Keberhasilan SERAT akrilat terutama pada penggunaan sebagai SERAT stapel yang dapat menyerupai sifat wol. Untuk pakaian terasa lebih lembut, lebih ringan dan tidak gatal seperti sifat SERAT wol, tidak mengempa (non felt), mudah dicuci atau dirawat menjadikan SERAT ini saingan dari SERAT wol.

jumper dari serat akrilat











Jumat, 31 Oktober 2014

TEMBUNG LINGGA LAN TEMBUNG ANDHAHAN

Edit Posted by with No comments
1.        Tembung Lingga (Kata Dasar)

Tembung lingga yaiku tembung kang durung owah saka asale, kang durung oleh imbuhan apa – apa, utawa tembung kang isih wungkul, isih wantah utawa isih asli. Tembung lingga isoh digolongake wujud bebas (bentuk bebas). Tembung lingga ana kang dumadi saka sakwanda, rong wanda, utawa telung wanda (suku kata).

Tuladha :

-          Turu
-          Tangis
-          Pari
-          Pangan
-          Mustaka
-          Tulis
-          Laku
-          Caping

2.         Tembung Andhahan (Kata jadian)

Tembung andhahan yaiku tembung kang owah saka asale. Tembung andhahan dumadi saka tembung lingga kang oleh imbuhan utawa tembung lingga kang wis dirimbag. Owah – owahan iku bisa awujud :
-          Wuwuhan (imbuhan)
-          Ngrangkep tembung (kata ulang)
-          Nyambor tem bung (kata majemuk)
Salah sawijini cara ndhapuk tembung andhahan iku kanthi menehi wuwuhan, wuwuhan iku ana telu yaiku : ater - ater (awalan),seselan (sisipan),lan panambang.
a.      Ater - Ater
Tembung andhahan amarga oleh ater – ater umpamane :
Nyilih : ny- + silih
Mlaku : m- + laku
Diwaca : di- + waca
Kesandhung : ke- + sandhung
Dakjupuk : dak- + jupuk
b.      Seselan
Tembung andhahan amarga seselan umpamane :
Gumuyu : um + guyu
Tinulis : in + tulis
Kerelip : er + kelip
c.       Panambang
Tembung andhahan amarga oleh panambang umpamane :
Telatan : telat + -an
Awake : awak + -e
Bukuku : buku + -ku
Tulisen : tulis + -en
d.      Wuwuhan Gaabung
Tembung andhahan amarga oleh wuwuhan gabung umpamane :
Digawakake : di- + gawa -ake
Njupaki : n- + jupuk -i
Nilisaka : n- -ake

(RURA BASA) TEMBUNG SALAH KAPRAH

Edit Posted by with No comments

Tembung salah kaprah ugi winastan tembung  rura basa, tegesipun tembung ingkang sampun risak utawi tembung ingkang sampun lepat nanging kaprah. Tembung salah kaprah punika kapérang dados kalih ;
A.  Tembung salah kaprah ingkang patèn, tegesipun boten saged kaéwahan malih utawi boten saged dipunleresaken ;
1.  Adang sega  : Adang beras supaya dadi sega.  
2.  Mbathik jarit  : Mbatik mori supaya dadi jarit.  
3.  Mènèk krambil  : Mènèk wit krambil.
4.  Nguleg sambel  : Nguleg Lombok supaya dadi sambel.
5.  Nulis layang  : Nulis kertas supaya dadi laying.
6.  Nggodhok wédang : Nggodhog banyu supaya dadi wedang.
7.  Ngenam klasa  : Ngenam pandhan supaya dadi klasa.
8.  Negor gedhang  : Negor wit gedhang. 
B.  Tembung salah kaprah ingkang boten patèn, tegesipun tembung ingkang saged  dipunleresaken malah kepara kedah dipunleresaken ;
1.  Acara  ingkang leres  adicara. Awit tembung  acara punika tembung asalipun
saking basa Indonesia.
2.  Ojo panyeratan punika manut tata paramasastra Jawi lepat ingkang leres aja, awit panyeratan mawi [o] punika panyeratan manut kaidah  paramasastra Indonesia, jer basa Indonesia punika boten saged mbèntenaken antawisipun [a] jejeg kaliyan [o].
Manut kaidah Basa Jawa Manut kaidah Basa Indonesia
Cara      coro
Coro      coro
Lara      loro
Loro      loro
Sapa      sopo
Ana       ono
Wanasaba     wonosobo
Kaliwira     kaliwiro
Sriyanta     sriyanto
Setya Amrih Prasaja   Setyo Amrih Prasojo
Purwareja     purworejo
Retna     retno
Selakrama     selokromo
Leksana     leksono Bahan Ajar Kelas XI Semester Genap 
Triyana     triyono

3.  Panyerating è,e, lan é, kaidah basa Jawi taksih mbèntenaken panyeratan aksara swara è,e,é, déné kaidah basa Indonesia panyeratan [e] boten wonten bèntenipun ;
Manut kaidah Basa Jawa Manut kaidah Basa Indonesia
Kéné          kene
Geger        geger
Gègèr        geger
Kéré           kere
Keré           kere
Sléman     sleman
Kéthok     kethok
Kethok     kethok
Kèthok     kethok
Sapèn       sapen
Kelek        kelek
Kèlèk         kelek

4.  Panyeratan [i] ingkang  dipunwaos [i], lan panyeratan [i] ingkang dipunwaos [e] ;
Uniné [pithék / péthék] panyeratan ingkang leres pithik.
Uniné [sakéng] panyeratan ingkang leres saking.
Uniné [paléng] panyeratan ingkang leres paling.
Uniné [maléng] panyeratan ingkang leres maling.
Uniné [krambél] panyeratan ingkang leres krambil.

5.  Panyeratan aksara swara [u] ingkang kawaos [u] lan panyerating aksara [u] ingkang
kawaos [ů] ;
Alun – alun  dédé  alon – alon
Wedhus   dédé  wedhos
Jujul   dédé  jojol
Udud   dédé  odod
Putih   dédé  poteh
Tukul   dédé  tokol

6.  Ulang tahun basa Jawinipun ambal warsa.
Happy birthday  selamat ulang tahun  sugeng ambal warsa.

7.  Selamat Tahun Baru langkung trep mawi sugeng tanggap warsa;
Happy new year selamat tahun baru  sugeng tanggap warsa.

8.  Akir – akir iki ingkang leres tembé iki, ntas iki ;
Akhir – akhir ini  akir – akir iki [lepat].
Akhir – akhir ini  tembé iki, ntas iki [leres].

9.  Antara liya ingkang leres antarané ;
Antara lain   antara liya [lepat].
Antara lain   antarané [leres].

10. Caos lebetan, caos input, ingkang leres caos pamrayogi, caos panyaruwé ;
Memberi masukan caos lebetan [lepat].
Memberi masukan caos input [lepat].
Memberi masukan caos pamrayogi, caos panyaruwé [leres].

11. Dudu, dédé, liya, sanés;
Dudu tembung ngoko basa Indonesiané bukan.
Dédé tembung krama basa Indonesiané bukan.
Liya tembung ngoko basa Indonesiané lain.
Sanés tembung krama basa Indonesiané lain.
Kula murid SMA dédé murid SMP.
Punika buku dédé potlot.
Punika sanès buku kula.

12. Dèrèng berpengalaman, taksih cubluking kawruh, kirang seserepan.
Belum berpengalaman  déréng berpengalaman [lepat].
Belum berpengalaman  taksih cubluking kawruh [leres]
Belum berpengalaman  kirang seserepan [leres].

13. Didukung, disengkuyung ;
Didukung    didukung [lepat]
Didukung    disengkuyung [leres]

14. Dipunbikak, dipunmilai, dipunwiwiti, dipunpurwakani ;
Dimulai    dipunbikak [lepat]
Dimulai    dipunmilai [lepat]
Dimulai    dipunwiwiti [leres]
Dimulai    dipunpurwakani [leres].

15. Dipuntutup, dipunpungkasi, dipunpurnani, dipungkasi ;
Acara ini mari kita tutup dengan….
Acara iki ayo kita tutup kanthi….
Adicara punika mangga kita tutup kanthi…. [lepat]
Adicara iki ayo dipungkasi kanthi….[leres]
Adicara punika mangga dipunpungkasi kanthi…[leres]
Adicara punika mangga dipunpurnani kanthi…[leres]

16. Kita, kula lan panjenengan, aku lan kowé. Tembung  kita  ing basa Jawi bénten kaliyan  kita bahasa Indonesia.  Kita basa Jawi tegesipun ;  kowé, sampéyan, panjenengan. Awit tembung  kita punika asalipun saking tembung  Jawi Kina ingkang nggadhahi teges kowé, sampéyan lan panjenengan.
Mari kita bersama – sama….
Mangga kita sesarengan [lepat]
Mangga kula lan panjenengan sesarengan [leres] utawi
Mangga sesarengan [leres]

17. Kula lan kawula ;
Kula punika laré dusun [leres]
Kawula punika laré dusun [lepat]
Kawula ing dusun ngriki kathah [leres].
Kula   saya, aku
Kawula   abdi, hamba, rakyat.

18. Kesimpulan, dudutan ;
Jadi kesimpulannya……
Dadi kesimpulané…. [lepat]
Dados kesimpulanipun… [lepat]
Dadi dudutané…. [leres]
Dados dudutanipun…. [leres] 

BHS. DAERAH "PURWAKANTHI"

Edit Posted by with No comments

Purwakanthi

Purwa tegese wiwitan, kanthi tegese gandheng. Purwakanthi yaiku runtute swara ing ukara, wanda utawa tembung kang kapisan nggandheng wanda utawa tembung ing saburine.
Tuladha :
Kudu jujur yen kowe kepingin makmur.
Ana dina ana upa, ana awan ana pangan
Kala kula kelas kalih, kalung kula kolang-kaling keli ing kalen kilen kula
Pak Kreta, nunggang kreta mudhun kreteg Kretasana.

Ing ukara kasebut ana swara kang runtut saengga kepenak dirungokake yaiku swara “ur”. Ana ing ukara kapindho ana swara kang runtut yaiku swara “a” lan swara “ an”.
Ing ukara nomer telu lan papat sing runtut aksarane (tulisane) utawa sastrane. (ka lan la )
Purwakanthi ana werna telu yaiku :
1. Purwakanthi guru swara: yaiku purwakanthi kang runtut swarane.
2. Purwakanthi guru sastra : yaiku purwakanthi kang runtut sastrane utawa tulisane.
3. Purwakanthi lumaksita utawa ana sing ngarani purwakanthi guru basa : yaiku purwakanthi sing tembunge ing ukara sadurunge dibaleni maneh ing ukara candhake. Tembung guru ing kene tegese paugeran utawa pathokan. Purwakanthi guru swara ateges purwakanthi kang nganggo pathokan swara.


PURWAKANTHI GURU SWARA
1. Ana catur mungkur, ana bapang nyimpang.
2. Gliyak-gliyak tumindak, alon-alon waton kelakon. Aja banter-banter mundhak keblinger.
3. Watake putri kudu gemi, nastiti, lan ngati-ati.
4. Yen gelem obah bakal mamah.
5. Anak polah bapa kepradhah (paribasan)
6. Apik kemripik nancang kirik (paribasan).
7. Ati bengkong oleh oncong (paribasan)
8. Bacin-bacin iwak, ala – ala sanak (paribasan).
9. Bandhol ngrompol (paribasan).
10. Buntel kadut ora nginang ora udut (paribasan).
11. Calak cangkol, kendhali bol, cemethi tai (paribasan).
12. Ciri wanci lelai ginawa mati (paribasan).
13. Gajah ngidak rapah (paribasan).
14. Gemblung jinurung, edan kuwarisan (Paribasan).
15. Keplok ora tombok.
16. Kumenthus ora pecus (paribasan).
17. Mengkak – mengkok ora wurung ngumbah popok. (paribasan).
18. Opor bebek mentas awake dhewek.
19. Londho – londho walang sangit nggendhong kebo (paribasan).
20. Sadawa – dawane lurung isih dawa gurung (paribasan).
21. Tuna satak bathi sanak (paribasan).
22. Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati.
23. Wastra bedhah kayu pokah (paribasan).
24. Anut grubyug ora ngerti ing rembug (paribasan).
25. Wong busuk ketekuk, wong pinter keblinger.(paribasan).
26. gumarenggeng anggereng anggeng gumrunggung (Wedhatama)



PURWAKANTHI GURU SASTRA
1. Para mudha kudu nduweni watak tata titi tatag tutug lan tanggon.
2. Dhasare wong jejodhoan yaiku bobot, bibit, bebed.
3. Sing sapa salah bakale seleh.
4. Durung acundhuk acandhak (paribasan).
5. Garang nanging garing (paribasan).
6. Sanajan ora keris yen keras (paribasan).
7. Sluman slumun slamet.
8. Yen tan mikani rasa, yekti sepi asepa lir sepah samun (Wedhatama).
9. Saya elok alangka longkanganipun, si wasis waskitha ngalah, ngalingi marang si pingging (Wedhatama).
10. Kadi ta guwa kang sirung, sinerang ing maruta, (Wedhatama).


PURWAKANTHI LUMAKSITA
1. Lela lela linali saya kadriya, driyasmara marang risang kadi Ratih, Ratih ratu ratuning wong Cakrakembang, kembang wijayakusuma asih mring kula.
2. Bung – bung pait bung pait kuwihe maha, maha-maha lintrik cah cilik digondhol kirik, kirik-kirik belang nyang pawon kesiram wedang, wedang – wedang bubuk kemriyuk gulane remuk.
3. Carang wreksa, wreksa wilis tanpa patra. Nora gampang wong urip neng alam donya. (wangsalan).
4. Witing klapa, klapa mudha saupama. Salugune mung mardi reh raharja. (wangsalan).
5. Bayem arda, ardane ngrasuk busana. Mari anteng besuse saya ketara (wangsalan).
6. Begja-begjane kang lali, isih begja kang eling lawan waspada (Kalatidha).


Katrangan :
Laksita = laku, kalakuan.
Lumaksita = lumaku.
Bapang = blabag njepapang dipaku ing cagak (dianggo tetenger nuduhake dalan, katrangan jenenge desa lsp.
Kepradhah = diukum
Oncong = urubing obor.
Bandhol = gegedhuge wong ala, maling lsp.
Kadut = karung
Rapah = pasangan, jebakan.
Wastra = jarit
Garang = gagah, sugih
Pingging = bodho
Sirung = peteng singup
Driya = tuking pangrasa, ati
Wreksa = kayu
Wilis = ijo
Patra = lenga
Arda = pangangsa-angsa, hawa nepsu, murka

Kamis, 30 Oktober 2014

DAFTAR TEMBUNG ENTAR BAHASA JAWA

Edit Posted by with 1 comment


A
01. abang kupinge = nesu banget
02. (ng) abangké kuping = gawe nesu
03. abang abang lambe = ora temenan, mung lelamisan
04. abang raine = nandhang isin (wirang)
05. adol ayu = ngendelake ayune
06. adol baguis = ngendelake baguse
07. adol gawe = ngatonake penggaweyane
08. adol kringet = nyambut gawe
09. adol kwanen = ngendelake kwanene
10. adol krungon = golek golek warta/kabar
11. adol sendhe = adol barang menyang gadhen
12. adol umbag/umuk = akeh omonge, ning ora ana nyatane
13. adus getih = tatune nemen banget
14. adus kringet = nyambut gawe,abot banget
15. adus luh = nemen anggone nangis
16. akeh sandhungane = akeh alangane
17. ala jenenge = kurang dipercaya
18. ala kandhutane = ala watake
19. ala tembunge = tembunge kasar/saru
20. alus tembunge = kepenak dirungokake
21. amba jangkahe = bisa ikhtiyar mrana-mrana
22. apus krama = dibujuki / diapusi cara alus
23. asor budine = bebudene ala
24. asor yudane = kalah
25. ati dhondhong = atine ala



01 : (m) balang liring = nglirik mripat
02. bau suku = abdi/batur
03. bau tengen = wong kang dipercaya
04. bening atine = sumeh
05. (m) buang sangkal = ngilangi/mbuang apes
06. (in) bukak wadi = ngandhakake wewadine
07. (m) buang tilas = nutupi tumindake sing ala

C
01. cagak lek = camilan supaya betah melek
02. cagak urip = kanggo nyukupi kebutuhan uripe
03. cancut taliwanda = tandang gawe
04. cangkem gatel = seneng ngrasani/nggunem
05. cedhak umure = gelis mati
06. cepak jodhone = gelis oleh jodho
07. cepak rejekine = gampang oleh rejeki
08. cilik atine = kuwatir/wedi
09. cupet atine = gampang nesu
10. cupet budine = ora bisa nggayuh kautaman
11. cupet jangkahe = ora bisa golèk sarana
12. cupet nalare = ora bisa mikirake werna-werna
13. cupet pangandele = ora percaya

D
01. dadi gawe = ngrepotake
02. dawa-dawa uja = perkara kang ora uwis uwis
03. dawa tangane = seneng nyolong jupuk
04. (n) dhedher kautaman = nandur kebecikan
05. dhuwur atine = gumedhe
06. dhuwur pangkate = dadi wong pangkat/panguwasane

E
01. empuk rembuge = guneme enak dirungokake
02. entek atine = keweden/kuwatir banget
03. entheng sanggane = ora rekasa
04. entheng tangane = seneng tandang gawe

G
01. (ng) gadho ati = gawe susah ati
02. gantung kepuh = sandhangane ora tau ganti
03. (ng) gantung untu = selak kepingin mangan
04. gedhe atine = tatag; ora kuwatir
05. gedhe endase = sombong (kemlungkung)
06. gedhe omonge = umuk ora ana nyatane
07. gedhe tekade = ora gampang pasrah
08. (ng) gedhekake puluk = ora ana prihatine
09. (ng) gegem tangan = kesed nyambut gawe
10. gilig rembuge = rembugane pasti/mesti
11. gilik tekade = tekade ora bakal mundur
12. (ng) gilud kawruh = golek ilmu kanthi mempeng
13. golek slamet = ati-ati supaya,ora cilaka
14. golek urip = nyambut gawe nggo nyukupi butuhe

I
01. idu geni = omongan tansah kelakon
02. ilat mati = ora bisa ngrasakake
03. ilang klilipe = ilang mungsuhe

J
01. jakalara = rikala nome rekasa
02. jembar dhadhane = sugih pangapura; sabar banget
03. jembar kawruhe = akèh ngilmune
04. jembar kubure = mlebu swarga
05. jembar polatane = sumringah
06. jembar segarane = sugih pangapura; sabar
07. jero kawruhe = akeh ngilmune; pinter


01. kadalu warsa = kasèp; wis kliwat
02. kandel kulite = digdaya; sekti
03. kandel kupinge = ora nggugu pitutur
04. kaku atine = tansah ora sarujuk/ sulaya
05. kasar tembunge = tembung saru
06. katon dhadhane = wani adu arep
07. kegugah atine = sadar/eling
08 kelèpètan ala = katut ala
09. kembang lambe = tansah digunem kebecikane
10. kakehan tangan = kakèhan sing nyandhak
11. kembang urip = lelakone wong urip werna-werna
12. kena tinenga-tenga = kena disambati
13. kenceng karepe = kekarepane kudu keturutan
14. kenceng tekade = tekade ora bakal mundur
15. kulak warta = golek kabar/warta
16. kuwat drajat = cocok dadi pemimpin/panguwasa
17. kuwat isin = mblebes ora isinan
18. kuwat mangan = mangane akeh

L
01. lambe tipis = criwis/akeh omonge
02. landhep dhengkul = kethul banget
03. landhep pikirane = pinter banget; gampang ngerti
04. lara ati = serik atine
05. lara ayu = lara cacar
06. lara owah = edan; gedheng
07. larang pangan = paceklik
08. lobok atine = sabar
09. luhur budine = kelakuane becik/apik
10. luhur drajate = dadi wong pangkat/panguwasa
11. lurus lakune = jujur
12. lumah tangan = ora gelem cawe-cawe
13. lunyu ilate = guneme mencla-mencle

M
01. manis eseme = esem ngresepakake ati
02. manis rembuge = guneme nyenengake ati
03. mara tangan = seneng gawe lara/milara
04. masa bodhoa = pasrah
05. mata dhuwitan = srakah marang dhuwit
06. mata loro = mangro tingal
07. mateni pangane = gawe ilang panguripane
08. mateng kawruhe = mumpuni; kawruhe wis tutug
09. mateng rembuge = guneme wis disarujuki
10. mati sandhang pangane = ilang dalane golek panguripane
11. mati raga = prihatin; tapa. tirakat
12. medhot dalan = ora diterusake
13. metani lupute = nggoleki salahe
14. meres kringet = nyambut gawe mempeng
15. meres pikir = temenan anggone mikirake
16. mogel ilate = mangan sing sarwa enak
17. mogol sinaune = ora tutug sekolahe
18. murang tata = kurang ajar; ora duwe duga

N
01. nandhang sungkawa = lagi susah
02. nandur kebecikan = gawe kebecikan
03. ngadu wuleding kulit = adu kekuwatan
04. ngangsu kawruh = golek ngelmu/meguru/sekolah
05. ngatonake siyunge = nuduhake kekuwatane/ kuwanene
06. ngatonake dhadhane = umuk; sumbar
07. ngekep dhengkul = nganggur ora nyambut gawe
08. ngendhaleni hawa napsu = nyegah kekarepan ala
09. ngepuh kringet = nyambut gawe mempeng
09. ngemut driji = ora oleh apa-apa
10. nyolok mata = ketara banget

O
01. oleh ati = disenengi
02. oleh gawe = kaleksanan
03. oleh wirang = kisinan
04. oleh lara = kalaran
05. ora duwe ati = kuwatir banget; wedi
06. ora melek = ora ngerti
07. ora ngundhuh = ora oleh apa-apa

P
01. padhang dalan = mlebu swarga
02. padhang hawa = lair ing donya
03. padhang langite = seneng
04. padhang pikire = lega seneng
05. padhang ulate = sumeh
06. pait getire urip = warna-warna lelakone wong urip
07. pait lelakone = urip rekasa
08. panas atine = nesu banget
09. pecah pamóre = wis ngancik diwasa
10. pecah pikir = wiwit bisa golèk srana
11. pedhes rembuge = guneme gawe serik
12. perih atine = susah banget
13. peteng atine/pikire = susah
14. pingget atine = serik
15. pulih getihe = pak-puk; ora kalah ora menang
16. puput yuswa = mati; seda

R
01. rai gedheg = ora duwe isin
02. (ng) rengga praja = njaga negara
03. (ng) rengga salira = dandan/macak
04. runtuh atine = tuwuh welase
05. rupak atine = cugetan/ora gampang ngapura
06. rupak jagade = judheg; ora bisa mrana-mrana

S
01. sabuk gelang = sawah akeh banget
02. sepi kawruh = bodho/ora duwe ilmu
03. sepi pamrih = ora duwe pamrih
04. seret rejekine = ora gampang golek rejeki
05. sesak dhadhane = mangkel/anyel
06. sumpeg atine = susah/ sedih

T
01. tadhah kalamangsa = dipangan
02. tadhah udan = lirangan gedhang sing dhuwur dhewe
03. tatu atine = serik banget
04. tanpa tilas = entek bias
05. tipis lambene = criwis; seneng nggunem wong liya
06. thukul pikire = nduwe akal
07. thukul turune = nduwe anak

U
01. udan tangis = akeh sing padha nangisi
02. ulat peteng = katon nesu
03. ulat manis = sumeh
04. utang lara = tau nggawe laran wong liya
05. utang nyawa = tau nggawe patine wong liya
06. utang pati = tau nggawe patine wong liya
07. utang wirang = tau nggawe wirange wong liya

W
01. walang ati = simelang/kuwatir
02. wani mati = nekad/kendel banget
03. wani silit wedi rai = ora wani terang-terangan
04. weteng kadit = dremba/ora tampikan
05. weteng karet = panganane akeh
06. wedi getih = jirih/orawani
07. wedi kangelan = lumuh/kesed

Contoh Wawan Rembug

Edit Posted by with No comments


Reregan Sembako Kang Pada Mundak

Tokoh :
1.       Pak Panji          (Wong Adol) (24)
2.       Mbak Fawzia   (Wong tuku)   (10)
3.       Mbak Hanifah (Wong tuku)   (14)
4.       Mbak Mutia     (Wong tuku)   (21)

Ing wawan rembug ing ngisor iki ana wong papat sing padha rembugan babagan reregan ing sawjining pasar.
Ing sawijining dina Pak Panji ingkang sadean sembako wonten Pasar Tanjung ditukoni wong telu.

Mbak Hanifah : “Pak, kula tumbas uwos 5kg.”
Pak Panji          : “Uwos ingkang menapa mbak? Menthik Wangi, Raja Lele, napa C4?”
Mbak Hanifah : “Menawi Menthik Wangi reginipun pinten pak?”
Pak Panji          : “8200 rupiah sak kilone, mbak. Mindak 500 sakin regi kala wingi.”

Sauntara kuwi, teko wong 2 arep tuku wonten kiose Pak Panji.

Mbak Fawzia   : “Pak tumbas gendhis 3kg.”
Pak Panji          : “Inggih mbak, kula pundutke.”
Mbak Hanifah : “Eh, Mbak Fawzi, badhe tumbas menapa mbak?”
Mbak Fawzia   : “Menika badhe tumbas gendis mbak. Kangge damel roti kaliyan kanca kula, tepangaken niki Mbak Mutia.”
Mbak Hanifah : “Ohhh...” (Salaman kalian Mbak Mutia )

Mbak Mutia     : “Mbak Hanifah badhe tumbas menapa mbak?”
Mbak Hanifah  : “Menika badhe tumbas uwos, mbak.”
Mbak Mutia     : “Wah mbak regi uwos mindak malih nggih.”
Mbak Hanifah  : “Inggih mbak regi uwos mindhak malih, mindhak 500 rupiah.”
Mbak Fawzia   : “Sakniki napa-napa mindhak mbak. Regine reregan ora tau mudhun, nanging blanjane mboten mindhak.”

Sawentara kuwi, Pak Panji teka nggawa blanjane ingkang dipesen mau.

Mbak Mutia     : “Sakniki reregan mindhak kathah nggi, Pak?”
Pak Panji          : “Inggih mbak, saben minggu regi sembako midhak terus.”
Mbak Mutia     : “Lha saumpami dipikir, dhuwit rupiah sakniki luwih aji katimbang rong sasi kepungkur, tapi malah rega mindhak terus.”
Mbak Fawzia   : “Bener Mut, nanging durung mesthi banjur rega-rega melu mudhun. Nyatane saben minggu mundhak terus.”
Mbak Hanifah  : “Lah iki, PR kanggo pemerintah ndandani perekonomian ing Indonesia iki supaya rayate saged sejahtera, ayem tentrem, gemah ripah loh jinawi. Lak yo ngoten ta Pak Panji?”
Pak Panji          : “Inggih mbak. Mugi-mugi mangkeh regi-regi saged enggal-enggal mudhun.”
Mbak Fawzia   : “Nggih dingge prihatin mawon lah mbak, nyandang lan mangan sak cukupe mawon. Ingkang luwih wigati, bergizi, lan sehat.”

Banjur Mbak Hanifah lan Mbak Fawzia mbayar blanjane mau.

Mbak Hanifah  : “Yowis, dhisik yo mbak. Aku arep tuku daging dhisik.”
Mbak Fawzia   : “Oh, iyo mbak. Aku lan Mutia uga arep bali dhisik.”
Mbak Mutia     : “Andhum slamet, mbak.”

Mbak Hanifah, Mbak Mutia, lan Mbak Fawzia : “Pareng Pak.”
Pak Panji          : “Nggih, suwun mbak.”