Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Dalam situasi 
formal, orang yang diwawancarai adalah orang yang berprestasi, ahli, 
tokoh masyarakat, artis atau seseorang yang memiliki keistimewaan 
tertentu. Tidak jarang sebuah berita atau informasi penting didapatkan 
dari
wawancara. Informasi dari hasil wawancara dapat disampaikan kepada pihak
 lain dalam bentuk cerita atau narasi. Dalam bentuk narasi, informasi 
lebih mudah diserap oleh pembaca atau pendengar. Dengan demikian, 
kemampuan mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi penting untuk 
dikuasai.
1. Menemukan Perbedaan Wawancara dengan Narasi
Perhatikan Teks Wawancara Berikut ini!
Keke, reporter majalah sekolah, mewancarai Jabier, siswa terpandai di sekolahnya. Berikut hasil petikan wawancaranya.
Keke : Jabier dapat peringkat satu lagi, ya?
Jabier : Ya, begitulah, Alhamdulillah.
Keke : Bagaimana perasaanmu, Bir?
Jabier : Tentu saja senang dan bangga.
Keke : Bagaimana, sih, resepnya agar bisa juara? Berapa jam lama belajar dalam sehari?
Jabier : Ya, tidak banyak, paling hanya tiga jam. Tetapi, itu rutin kulakukan, kecuali hari Sabtu dan Minggu.
Wawancara di atas dapat diubah menjadi bentuk narasi atau cerita seperti berikut ini.
Jabier berhasil menempati posisi peringkat satu lagi. Ia senang dan 
bangga dengan prestasi yang diraih. Banyak cara yang dilakukan untuk 
meraih prestasinya itu. Setiap hari ia belajar selama kurang lebih tiga 
jam.
Hal itu dilakukannya dengan rutin. Dengan belajar secara rutin, ilmu 
yang diperoleh semakin banyak, seperti peribahasa “sedikit demi sedikit,
 lamalama menjadi bukit.”
Menarasikan Teks Wawancara
Teks wawancara merupakan bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab 
antara pewawancara dan narasumber. Untuk menceritakan atau menyampaikan 
kembali hasil wawancara kepada orang lain, teks wawancara perlu diubah 
dalam bentuk narasi. Narasi merupakan bentuk karangan pengisahan suatu 
cerita atau kejadian.
Agar kamu dapat menarasikan teks wawancara dengan baik, lakukan langkah-langkah berikut.
1. Bacalah teks wawancara dengan cermat.
2. Catatlah pokok-pokok isi wawancara.
3. Buatlah pengantar ke arah isi wawancara.
4. Narasikan isi wawancara dengan mengembangkan pokok-pokok isi.
5. Lengkapilah narasi dengan bagian penutup.
Perlu dicermati lagi bahwa wawancara biasanyaberupa kalimat langsung. 
Jika  inarasikan maka kalian harus mengubah kalimat tersebut menjadi tak
 langsung.
Masih ingatkah kalian ciri-ciri kalimat langsung dan tak langsung?
Perhatikan keterangan berikut ini!
Ciri kalimat langsung sebagai berikut.
1. Bertanda petik (“…..”)
2. Intonasi bagian yang dikutip lebih tinggi daripada bagian lain
3. Kata ganti orang pada bagian kalimat yang dikutip tetap.
4. Tidak berkata lugas.
5. Kalimat yang diberi tanda petik bisa berbentuk kalimat berita, tanya, atau perintah.
Ciri kalimat tak langsung sebagai berikut.
1. Tidak bertanda petik.
2. Intonasi mendatar dan menurun pada bagian akhir kalimat.
3. Kata ganti orang pada bagian kalimat yang dikutip.
4. Berkata lugas misalnya bahwa, sebab, untuk, supaya.
5. Hanya berbentuk kalimat berita.
Perhatikan contoh menarasikan wawancara berikut ini!
Wartawan  : “Wah hebat! Adik telah berhasil menjadi juara pertama Olimpiade Matematika.”
Pelajar  : “Terima kasih.”
Wartawan : “Berapa lama Adik mempersiapkannya?
Pelajar  : “Yah, kira-kira 1 tahun.”
Teks wawancara tersebut jika diubah menjadi narasi akan menjadi seperti berikut ini!
Seorang pelajar telah berhasil menjadi juara pertama Olimpiade 
Matematika. Persiapan yang dibutuhkan untuk mengikuti lomba tersebut 
selama 1 tahun.
Selasa, 29 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)




0 komentar:
Posting Komentar